Thursday, December 12, 2013

Ketika aku baru sampai di rumah, istriku segera menghampiriku dan mengajakku untuk makan bersama. Aku memegang tangannya dan berkata, "Aku punya sesuatu hal yang ingin kuberitahu padamu". Dia kemudian tertunduk dan memakan makanannya dengan cepat, untuk kesekian kalinya aku melihat kekecewaan dari mimik wajahnya.


Setelah itu dia terdiam, suasana pun menjadi hening dan aku jadi tidak tahu harus berkata apa. Akan tetapi aku harus memberitahu apa yang ada di benakku ini. Aku ingin bercerai dengannya. Jadi, aku memancing topik itu pelan-pelan.

Namun sepertinya dia tidak terpengaruh dengan kata-kataku, dia bertanya padaku dengan suara yang halus, "Kamu sepertinya ingin menceraikanku, kenapa?"

Aku menghindari pertanyaannya. Hal itu membuatnya marah. Dia melempar sendoknya dan berteriak padaku, "Kamu bukan laki-laki gentle!". Malam itu, kami sama sekali tidak saling berbicara. Dia menangis, aku tahu kalau dia pasti penasaran apa yang terjadi dengan pernikahan kami yang sudah berjalan 10 tahun ini. Tapi aku tidak dapat memberinya alasan yang tepat untuk hal ini. Aku tidak lagi mencintainya seperti dulu. Sekarang hatiku terbuka untuk wanita lain bernama Betty. Yang tersisa untuknya hanyalah rasa kasihanku.

Dengan perasaan yang amat bersalah, aku menandatangani surat cerai dimana istriku akan memperoleh rumah, mobil kami, dan 30% saham dari perusahaanku.

Dia memandanginya sekilas dan mengoyaknya menjadi beberapa bagian. Wanita yang telah hidup bersamaku selama 10 tahun kini terasa seperti orang asing bagiku. Aku merasa bersalah karena telah merengut waktu, tenaga, dan perhatian yang telah diberikannya, namun aku tidak bisa menarik kembali ucapanku ketika aku bilang padanya bahwa aku mencintai wanita lain bernama Betty. Akhirnya dia menangis histeris di hadapanku seperti apa yang telah aku kira sebelumnya. Bagiku, tangisannya itu adalah sebuah perpisahan. Ide perceraian yang sudah kupikirkan selama beberapa minggu ini tampak jelas sekarang.

Keesokan harinya, aku pulang larut malam dan kulihat dia sedang duduk di meja kerjanya dan menulis sesuatu. Aku tidak menyantap makan malamku dan langsung menuju ke kamar tidur, sekejap saja aku langsung tertidur karena kecapekan setelah melewati hari yang melelahkan dengan Betty. 

Ketika aku bangun keesokan harinya, kulihat dia masih duduk di meja kerjanya dan menulis sesuatu. Aku pura-pura tidak tahu dan membalikkan badanku kemudian tidur lagi.

Di pagi itu, dia memberiku kondisi perceraian yang dibuatnya. ia tidak menginginkan apapun dariku, namun dia meminta agar perceraian ini ditunda dulu selama satu bulan. Dia meminta agar kita berdua dapat berusaha hidup seperti biasanya selama satu bulan itu. Alasan dia meminta hal itu cukup sederhana, anak kami sedang menghadapi ujian kenaikan kelas dalam bulan ini, dan dia tidak ingin perceraian ini mengganggu konsentrasi anak kita. 
Hal itu dapat diterima olehku dan aku pun menyetujuinya. Tapi dia meminta satu permintaan lagi, dia meminta aku untuk mengingat kembali bagaimana caraku membawanya ke kamar pengantin pada hari pernikahan kami dulu.

Dia meminta agar selama satu bulan itu aku harus membopongnya keluar dari kamar tidur hingga ke pintu depan kami setiap paginya. Kupikir dia sudah gila. Akan tetapi, untuk membuat saat-saat terakhir kita lebih bermakna maka aku menerima permintaan anehnya itu.

Aku memberitahu Betty tentang syarat perceraian istriku. Dia kemudian tertawa dan berpikir hal itu hanya sia-sia. Karena trik apapun yang dipakainya pada akhirnya dia tetap harus bercerai denganku. 

Aku dan istriku tidak pernah melakukan kontak badan sejak aku mengajukan perceraian itu. Jadi ketika aku membopongnya keluar pada hari pertama, kami berdua tampak canggung. Anak kami menepuk punggungku dan berkata, "Wahh.. Ayah memeluk ibu dengan lengannya". Kata-katanya menusuk hatiku. Kubopong dia dari kamar tidur melewati ruang tamu, lalu keluar ke pintu depan. Dia menutupkan matanya dan berkata lembut, jangan memberitahukan anak kita tentang perceraian. Aku mengangguk, merasa agak menyesal. Lalu aku menurunkannya di luar pintu. Dia kemudian pergi menunggu bus untuk berangkat kerja. Setelah itu aku pun berangkat kerja,

Pada hari kedua, kami tidak merasa canggung lagi. Dia pun merebah di dadaku. Aku bisa mencium aroma harumnya. Ketika itu aku baru menyadari bahwa aku jarang sekali memperhatikan wanita ini. Dia tidak semuda dulu lagi. Ada kerutan halus di wajahnya, rambutnya pun mulai beruban!. Sesaat itu aku bertanya kepada diriku sendiri apa yang telah aku lakukan padanya.

Pada hari ketiga, ketika aku mengangkatnya, aku merasakan keintiman hubungan kami kembali lagi. Inilah wanita yang telah menghabiskan 10 tahunnya bersamaku.

Pada hari keempat dan kelima, aku menyadari bahwa keintiman hubungan kami telah tumbuh kembali. Aku tidak memberitahu Betty tentang hal ini. Tapi semakin hari aku semakin mudah untuk membopongnya, dia terasa begitu ringan. Mungkin latihan sehari-hari membuatku jadi lebih kuat.

Suatu pagi dia memilih pakaian yang akan dikenakannya. Kulihat dia mencoba beberapa gaun tapi tidak ada yang cocok. Lalu dia menghela nafas, semua gaunku terasa begitu longgar. Aku baru menyadari bahwa semakin hari dia semakin kurus, ohh.. Jadi itu kenapa dia begitu ringan ketika aku membopongnya di lenganku. 

Tiba-tiba aku tersadar... Dia telah menyimpan begitu banyak luka dan rasa sakit di dalam hatinya. Tanpa sadar aku mengulurkan tanganku dan kuelus kepalanya.

Anak kami tiba-tiba masuk dan berkata, "Ayah, saatnya untuk membawa ibu keluar". Baginya, melihat sang ayah yang sedang membopong ibunya merupakan moment yang amat penting. Istriku menyuruh anak kami untuk mendekat dan kemudian dia memeluknya dengan erat. Aku segera membalikkan wajahku sebab aku takut akan mengubah keputusanku. Aku kemudian membopongnya di lenganku, berjalan keluar dari kamar tidur, melewati ruang tamu. Tangannya yang lembut merangkul leherku. Aku memeluk badannya dengan erat dengan kedua lenganku, dan hal itu mengembalikan kenanganku akan hari pernikahan kami.

Berat badannya yang semakin ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya di lenganku, tubuhku serasa tidak bisa bergerak selangkah pun. Anak kami pun duluan berangkat ke sekolah. Aku kemudian memeluknya dengan kuat dan berkata, "Aku tidak menyadari bahwa pernikahan kita begitu mesra".

Setelah itu aku segera berangkat ke kantor,. Kupacu mobilku secepatnya, begitu sampai di tempat, aku segera keluar dari mobilku bahkan aku lupa mengunci pintu mobil. Aku takut keterlambatan akan mengubah pemikiranku. Aku segera berlari ke ruangannya, dan Betty membukakan pintu untukku, kukatakan kepadanya, "Maaf Betty. Sepertinya aku ingin membatalkan perceraianku".

Dia melihat ke arahku, dia merasa heran, dan menyentuh dahiku. "Apakah kamu sakit?" tanya dia padaku. Aku menurunkan tangannya yang menempel di dahiku. "Maaf Betty, tapi aku membatalkan niatku untuk bercerai".

Betty tampak sangat terkejut. Dia memberiku sebuah tamparan yang keras, kemudian dia membanting pintu dan menangis. Aku tidak dapat berkata apa-apa, aku pun berjalan meninggalkan ruangannya.  

Ketika aku melewati toko bunga di pinggir jalan, aku teringat akan istriku jadi aku berjalan ke toko itu dan memesan karangan bunga untuknya. Karyawan toko itu bertanya apa pesan yang mau kutulis pada kartu yang akan diselipkan di karangan bunga itu. Aku tersenyum dan menulis, “Aku akan membopongmu setiap hari hingga ajal memisahkan kita”.

Sore itu ketika aku sampai di rumah, kubawa karangan bunga itu bersamaku. Perasaan senang ini tidak bisa menghentikanku untuk tersenyum sendiri. Kucari dia dilantai dasar rumahku namun aku tidak bisa menemukannya, kemudian aku pun naik ke lantai dua,  dan menemukan bahwa istriku telah menghembus nafas terakhirnya.

Tanpa sepengetahuanku istriku telah berjuang melawan kanker selama berbulan-bulan, dan aku terlalu sibuk menghabiskan waktuku bersama Betty sampai aku tidak menyadari akan hal itu. Dia tahu kalau dia akan meninggal, jadi dia melakukan yang terbaik agar setidaknya di mata anak kami, aku tetap merupakan seorang ayah yang baik.

Bukan berarti semua orang akan bahagia setelah diberikan rumah, mobil, maupun harta. Terkadang yang dibutuhkan mereka hanyalah hal yang kecil. Namun baginya hal itu sudah sangat membuatnya bahagia.  Hal kecil itu adalah perhatianmu. Dia cuma butuh kamu meluangkan waktu untuknya, mendengar ceritanya, mendukungnya. Hal kecil yang bahkan tidak membahayakan nyawamu. Terus lakukan hal-hal kecil itu untuk orang yang kamu sayangi dan jangan biarkan rasa sayang itu hilang karena kesibukanmu. Sekian salam dari Admin, sampai jumpa di postingan berikutnya.
Salam Admin,
=.=a
Categories:

0 comments:

Post a Comment