Tuesday, December 10, 2013

Namaku Wijoyo Alim, meski di cerita sebelumnya aku dijadikan gay dan dianggap tak penting, namun tidak usah pening, soalnya orangku itu easy going. Kawan kecilku menyukaiku, dia itu cowok namun suka memakai pakaian perempuan jadi kuanggap dia sinting. Ada seorang wanita yang ku anggap penting, dialah Kartining. Senyumannya manis namun orangnya tak langsing.

Pernah aku mencoba mengajaknya dating, akan tetapi dia terus menolakku dengan alasan perutku bunting, dia suka dengan pria yang langsing. Aku pun pening, dalam hatiku berkata, "tak adakah kaca di rumahmu yang hening?". Aku pun berusaha diet sampai terkencing-kencing. Namun semua usahaku tak berhasil aku tak langsing-langsing. Suatu hari kulihat dia mengejar-ngejar cowok yang bening. Ingin sekali cowok itu kubanting, untung saja otakku belum miring. Kulihat cowok itu tak menyukainya karena dia tidak bergeming, Kuhampiri mereka, kutarik tangan kartining, dan kuajak dia keliling.

Karena kutarik dia secara tiba-tiba dia memarahiku kambing, pertama aku tak peduli karena kuanggap garing. Namun karena dia keasikan, aku pun dibuatnya pusing tujuh keliling. Tapi semua itu hanya sementara karena begitu kuajak dia shopping, dan kubelikan dia anting, dia tak lagi memanggilku kambing. Malahan dia memanggilku Darling. Aku senang bukan main ingin rasanya aku berguling-guling, tapi kutakut nanti dia pikir aku sinting. 

Setelah itu, kami pun terus berdating. Tak segan-segan aku keluarkan uang yang kudapat sebagai seorang maling. Kuberi dia sebuah cincin permata yang blinking-blinking, matanya melotot sampai juling. Aku pun tertawa sampai terkencing-kencing. Sejak saat itu, dia melupakan cowok sebelumnya yang cuma menang langsing. Ketika berjumpa dia melemparnya dengan gasing. Aku tertawa sampai terguling-guling.       

Kuputuskan untuk menikahi gadis yang kuanggap penting. Kuberi dia mas kawin emas berkeping-keping. Ayah ibunya bahkan membuatnya jadi guling. Di hari pernikahan aku menjemputnya dengan mobil yang kucat kuning. Kulihat dia memakai anting yang kuberikan di kuping, serta gaunnya cantik bukan main dia terlihat seperti gajah ting-ting. Kami pun berangkat ke restoran yang sudah ku booking. Di mobil kuceritakan "Kisah Seekor Kucing", yang merupakan karangan seorang admin sinting. Begitu sampai di restoran yang kubooking, kulihat ayah ibunya sudah berdiri berdamping. Dipesta itu kunyanyikan lagu "Good Morning". Para tamu yang hadir sampai terbaling-baling. Padahal bagiku suaraku itu nyaring, jadi kuputuskan aku tak akan lagi menyanyi "Good Morning". 

Malam itu terasa hening. Aku seperti tidur di dua lapis springbed daging. Ketika kami hendak sleeping, springbed yang kami tiduri malah patah berkeping-keping. Kami terkejut bukan main, kulihat dia sampai terkencing-kencing. Kutepok jidatku yang licin. Kamilah pasangan yang tak langsing. Namun cinta kami tak kenal boring. Kami ingin berakhir happy ending, jadi cukup sampai disini cerita Wijoyo Alim dan Kartining. 

Terima kasih sudah membaca cerita yang tak penting, semoga cerita ini dapat mengembalikan tawamu yang garing. Sampai jumpa di cerita berikutnya yang tak kalah sinting. 

Salam Admin,
=.=a

Categories:

0 comments:

Post a Comment