Sunday, December 8, 2013

Aku terlahir di sebuah keluarga kucing. Kucing bisa dibilang makhluk yang unik, karena kami mempunyai 9 nyawa. Namun ada juga kekurangan yang kita miliki, yaitu ketika kami meninggal untuk ke 8 kalinya, organ tubuh yang hilang setelah kematian ke 8 kali tidak akan beregenerasi kembali seperti sebelumnya. Almahum kakekku adalah bukti yang nyata. Dia kehilangan bola matanya setelah kematiannya yang ke 8 kali, dan dia harus menghabiskan hidupnya tanpa satu bola matanya.

Suatu hari terjadi peperangan di wilayahku, ibu tiriku yang sudah lama tidak tampak, kini datang kembali untuk membalas dendam kepada ayahku. Dia datang bersama segerombolan kucing liar lainnya. Gerombolan kucing itu sangat liar dan kuat. Mereka menyerbu ke tempat kami, dengan seketika mereka membunuh ibu didepan mataku.  Aku dan adikku kecilku ditangkap oleh mereka. Mereka menusuk adikku dengan kuku mereka yang tajam tepat di jantung sebanyak 8 kali, kemudian mereka mengigit kedua kakinya hingga putus, setelah itu mereka melempar adikku yang sudah sekarat. Ketika mereka hendak memperlakukanku seperti adikku, ayah tiba-tiba muncul. Memang ayah merupakan kucing terkuat di wilayah kami, ukuran badannya juga jauh lebih besar dibandingkan dengan  kucing lainnya. Hebat sekali, ayah mampu menahan mereka berlima sendirian, bahkan dia sempat menyuruhku untuk lari sambil membawa adikku yang sekarat saat itu. Ya, adikku memang masih hidup karena dia hanya kehilangan 8 nyawa, luka ditubuhnya perlahan menutup tapi ketika kita kehilangan organ tubuh setelah kematian yang ke 8 kalinya, organ tubuh tersebut tidak akan beregenerasi kembali, sehingga adikku akan kehilangan kedua kakinya. Hari itu aku pergi sambil membopong adikku yang cedera parah. Kubawa dia pergi jauh meninggalkan wilayah kami. Setelah itu kami tidak pernah mendengar kabar tentang ayah dan ibu lagi. Kami hanya dapat mendoakan kepergian ibu dan mengharapkan agar ayah dapat bertahan hidup dan mengalahkan mereka semua.

Pada suatu hari, tampak seekor kucing dengan bekas luka di kepalanya. Bekas luka yang sangat dalam dan membuat kucing itu terlihat jelek dibanding kucing lainnya. Kucing ini tidak pernah menceritakan darimana dia mendapatkan bekas luka yang dalam itu, bahkan kepada adik yang paling disayanginya sekalipun.  Kucing itu adalah aku. Setelah kami meninggalkan wilayah kami, akulah yang menjadi pengganti ibu bagi adikku. Adikku kehilangan kedua kakinya sejak kejadian itu, dia pun jarang lagi tersenyum sejak saat itu, hal inilah yang membuatnya sangat bergantung kepadaku. Namun hal ini tidak masalah bagiku, karena aku amat menyayangi adik laki-lakiku ini.

Suatu pagi aku membopong adikku di pundakku karena dia tidak mampu untuk berdiri sendiri, kami pergi ke kota pagi hari itu. Ketika aku berbalik untuk melihat wajahnya, kulihat dia sedang menatap mutiara yang sedang dimainkan oleh kucing lainnya. Wajahnya tampak sangat menginginkan mutiara itu. Aku pun berkata padanya, “Tenanglah dik, kakak akan mencarikan mutiara itu untukmu”. “Tapi kak mutiara itu kan hanya ada di laut, dan setahuku kakak tidak pandai berenang”, ucapnya karena mengkhawatirkanku.  “hahaha..  Kamu meremehkan kakakmu ini.. Kakakmu ini perenang yang handal”. “Tapi bagaimana jika ada bahaya yang mengancam nyawamu? Aku tidak mau kehilanganmu kak” ucap mulutnya yang manis itu. Aku tersenyum padanya, “Tidak masalah, begini-begini kakak kuat lo, dan lagi kakak kan masih mempunyai 9 nyawa untukmu. Jadi kamu tenang saja dan tunggu hadiah dariku”. Aku kemudian menitipkan adikku kepada seekor kucing yang tinggal didekat persembunyian kami, dan aku pun pergi.

Sebetulnya aku tidak pandai berenang, tapi demi mengembalikan senyum di wajah adikku, aku rela meski harus kehilangan 9 nyawaku. Aku pun pergi ke laut, baru pertama kali aku melihat laut. Suasananya begitu tentram, dan ternyata laut itu begitu luas. Ingin rasanya aku menunjukkan pemandangan ini kepada adikku tapi disini terlalu berbahaya untuknya, silap-silap dia bisa mati tenggelam.  Tak banyak cerita lagi, aku pun menerjang ke laut. Namun ternyata kucing memang tidak bisa berenang, aku pun terbawa ombak dan tenggelam. Sebelum aku benar-benar kehabisan nafasku, aku melihat mutiara yang sama seperti yang dilihat adikku. Kuingat persis kalau aku sempat meraih mutiara itu, akan tetapi kesadaranku hilang setelah itu. Setelah tersadar dari kematianku itu, rupanya tubuhku sudah berada di lepas pantai. Begitu tersadar aku segera mencari mutiara itu di sekelilingku, dan ternyata mutiara itu berada di sampingku. Hatiku senang bukan main, aku pun segera membawa mutiara itu pulang untuk kuberikan kepada adikku nanti.

Setelah sampai di tempat adikku berada, aku pun memberikannya mutiara itu. Bukannya bahagia, tapi dia malah menangis. Ketika kutanya kenapa dia menangis, dia menjawab “Kukira kakak meninggalkanku, sudah kutunggu selama 2 hari namun kakak tidak juga kembali, aku mulai berpikir hal yang bukan-bukan, tapi terimakasih karena sudah mau kembali untukku. Dan apakah kakak kehilangan nyawa untuk mendapatkan ini?”. “Hanya satu kok, tidak seekstrim punyamu” jawabku sambil bergurau dengannya.  Meskipun sangat lelah, namun kelelahanku hilang ketika aku melihatnya tersenyum, senyuman yang terlihat seperti seorang malaikat bagiku. Setelah itu aku pun membaringkan tubuhku disampingnya, kuelus kepalanya dengan kaki depanku, serta kujilat bulu-bulunya. Meski hanya terpisah 2 hari namun, rasa kangenku seperti sudah lama tidak berjumpa, kami pun tertidur setelah itu.

Keesokan harinya, ketika aku terbangun, aku melihat dia terbaring sambil memeluk mutiara yang kuberikan kepadanya. Tubuhnya ketika tidur sangat lucu, namun ketika aku mengelusnya aku merasakan suhu tubuhnya berbeda dengan kemarin.  Suhu tubuhnya kemarin hangat, namun sekarang suhu tubuhnya sangat panas. Aku bertanya kepada kucing yang menjaga adikku, dan dia berkata bahwa suhu badan adikku naik ketika aku meninggalkannya kemarin. Dan saat ini kondisi adikku semakin parah, aku tak tahu bagaimana cara menurunkan suhu tubuhnya, lalu aku pun pergi keluar dan bertanya kepada kucing lain. Seekor kakek kucing yang melihatku sedang binggung kemudian menghampiriku dan bertanya, “Ada apa nona? Kenapa kamu kelihatan sangat sibuk?”. “Adikku.. suhu tubuhnya sangat panas, aku tidak tahu harus berbuat apa. Apakah kamu tahu bagaimana cara menurunkan suhu badan adikku?” tanyaku kepada kakek itu. Dia lalu mengatakan bahwa dia pernah mendengar ada sebuah bunga yang mampu menyembuhkan hampir semua penyakit di dunia, namun untuk mendapatkan bunga itu bukanlah mudah, karena bunga itu hanya tumbuh 1 dalam 5 tahun dan terletak di dasar jurang. Banyak makhluk yang meninggal ketika hendak mencari bunga itu, dan kudengar bunga itu tidak pernah didapatkan oleh siapapun. Terkejut juga aku mendengarnya, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mencari bunga itu. Aku tidak bisa membiarkan adikku kehilangan nyawa terakhirnya ini.

Setelah bertanya tentang lokasi bunga itu, aku pun segera berangkat. Terpaksa kutitipkan adikku ke dokter lokal di desa kami. Ketika aku bilang mau mencari bunga itu, dokter itu melarangku, “Terlalu berbahaya bagi wanita untuk pergi kesana. Meskipun kamu bisa sampai ke dasar jurang itu. Kamu belum tentu bisa naik kembali ke atas”. Tapi aku bersikeras, dan dokter itu terpaksa membiarkanku pergi.

Memang seperti apa yang dikatakan oleh kakek kucing yang sebelumnya. Setelah sampai di jurang itu, aku terkejut ketika melihat jurang itu. Aku bahkan tidak dapat melihat dasar dari jurang itu. Yang dapat kulihat hanyalah kegelapan yang seakan menarikku untuk terjun ke bawah. Aku memberanikan diriku, berkali-kali aku menyebut nama adikku. Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku pun beranjak menuruni jurang itu. Aku membiarkan kaki belakangku turun duluan untuk mencari pijakan, namun tiba-tiba pijakan itu anjlok dan aku pun terjatuh ke dalam jurang yang dalam itu.

Aku menghabiskan 1 nyawaku lagi……………………

Waktu berlalu tanpa sepengetahuanku, ketika tubuhku siap beregenerasi  dan aku sadar kembali, aku telah berada di dasar jurang yang dalam itu. Disekitarku tampak tulang dari berbagai makhluk yang sudah mengering, kurasa mereka terjatuh ke jurang dan meninggal disini. Segera aku mencari bunga yang dimaksud oleh pria kucing yang kutemui sebelumnya. Kucari kesana kesini namun aku tak dapat melihat ada bunga yang tumbuh disana.  Tapi aku melihat adanya kejanggalan pada sebuah batu di dekatku. Batu itu tampaknya tidak berat, jadi kucoba untuk mengangkatnya dan kupindah letak batu itu. Terkejut aku ketika menyadari bahwa bunga itu rupanya tumbuh dibawah batu, mungkin inilah alasan kenapa tidak pernah ada yang memperolehnya, pertama karena jurang yang sangat dalam ini dan kedua tidak akan ada makhluk yang menyadari kalau bunga akan tumbuh dibawah batu. Segera aku memetik bunga itu dan mencari cara untuk memanjat jurang ini. 

Aku terus berusaha mencari pijakan yang bisa menahan berat badanku. Dan aku terus mendaki ke atas, setelah memanjat setengah dari jurang itu, aku terlalu gembira sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa tidak ada pijakan di depanku, namun aku sudah telat ketika menyadarinya. Aku terlanjur melompat dan terjatuh lagi. Spontan aku menjerit dengan keras “AAAAAAAAAAAAAAAAAAA”. Setelah itu aku tahu kalau aku kehilangan 1 nyawaku lagi. Setelah aku sadar kembali kupanjat lagi jurang itu, namun kali ini aku lebih berhati-hati. Ketika sampai di tempatku jatuh sebelumnya, aku menyadari bahwa tidak ada pijakan  lagi untuk naik. Aku termenung sejenak, kukira inilah akhir dari perjuanganku, namun ternyata tuhan masih menyayangiku, tiba-tiba ada tali yang muncul dihadapanku, tanpa berpikir lagi aku segera meraih tali itu dan naik ke atas.

Ketika sampai diatas, aku terkejut ternyata yang membantuku adalah kakek kucing yang sebelumnya. Dia berkata padaku, “Aku salut pada keteguhan hatimu, jarang ada wanita sepertimu. Aku diam-diam mengikutimu dari belakang, kukira kamu telah meninggal didasar jurang karena kutunggu seharian belum ada tanda-tanda darimu. Namun ketika kamu menjerit aku baru sadar, ternyata kamu masih hidup dan mencoba memanjat tebing ini”. Aku segera menghaturkan terima kasihku kepadanya, dan tanpa membuang waktuku lagi. Aku segera berlari ke desa bersama pria kucing itu. Dokter itu terkejut ketika melihatku datang sambil membawa bunga itu. “Astaga!! Kamu benar-benar kembali dengan bunga itu. tak salah lagi, itulah bunga seribu guna. Cepat berikan kepadaku, kondisi adikmu sudah sangat parah”. Aku segera memberikan bunga itu kepada dokter dan dia segera menaruh bunga itu kedalam air dan kemudian air itu dituangkan ke badan adikku.  

Keesokan harinya suhu tubuh adikku normal kembali, dia kembali sehat seperti sebelumnya. Dia melihat ke arahku, “kakak, kenapa bulu kakak kotor sekali?, apakah kakak melakukan hal yang berbahaya lagi?”. “Ohh.. Tidak apa-apa kok. Bukan hal yang besar, istirahatlah secukupnya. Jangan terlalu memaksakan dirimu dulu”, begitu kataku padanya. “Andai aku memiliki kakiku, aku tidak perlu lagi bergantung padamu. Aku merasa malu akan kondisiku saat ini”, dia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur, namun terjatuh lagi. Dia kemudian melanjutkan kata-katanya,“Aku sudah muak dengan ini semua”. Aku hanya bisa menangis dan menatapnya. Berkali-kali kuusap kepalanya untuk menenangkannya. Dia pun tertidur begitu aku mengelus kepalanya. 

Aku keluar dari klinik dokter itu, kakek kucing itu menungguku di luar pintu. Dia sepertinya mendengar ucapan adikku, karena tiba-tiba dia berkata,”Aku tahu tempat untuk mendapatkan kaki palsu untuk adikmu”. Dengan segera aku bertanya kepadanya dimana agar aku bisa mendapatkan kaki palsu itu. Dia lalu memberitahuku ,”Di kota diadakan turnament, dan siapapun yang bisa mengalahkan anjing gila bororo dia berhak untuk mendapatkan apapun yang dia minta, tapi kurasa dengan kekuatanmu kamu hanya akan mengantar nyawa di sana”. Tapi aku sudah bertekad, aku akan memberikan kaki palsu itu pada adikku. Aku pasti akan mendapatkannya meski aku harus kehilangan sisa nyawaku. Kali ini aku tidak bilang apa-apa kepada adikku, aku menitipkannya kepada kucing yang ada di dekat tempat persembunyianku lagi. 

Aku pun pergi ke kota didampingi oleh kakek kucing. Ternyata kota itu sangat menyesakkan. Bahkan udaranya sangat kotor, berbeda dengan desa kami. Namun aku tiba-tiba kepikiran akan adikku, meski kota ini kotor, tapi ingin aku sesekali mengajaknya berjalan-jalan di kota, kurasa akan sangat menyenangkan. Sesaat kemudian sampailah kita ke tempat turnament itu.

Ruangannya sangat besar, banyak sekali makhluk yang ingin menantang anjing gila itu. Semuanya tampak begitu sangar. Ketika kami memasuki tempat arena, aku terkejut ketika melihat seekor musang terbelah menjadi dua di atas Ring karena digigit oleh anjing gila itu. Dadaku berdenyut, sejenak nyaliku menciut, aku berpikir apakah aku akan berakhir seperti itu?. kakek kucing menanyaiku, “Kurasa lebih baik kita mengurung niatmu itu, dan jadi penonton saja”. Sejenak aku ingin membatalkan niatku itu. namun tiba-tiba kata-kata adikku mengiang lagi di kepalaku, “Andai aku memiliki kakiku, aku tidak perlu lagi bergantung padamu. Aku merasa malu akan kondisiku saat ini”. Bukan karena takut dia bergantung padaku, namun aku ingin melihatnya dapat berjalan dengan kakinya sendiri lagi.

Berbagai jenis makhluk menantangnya, namun semuanya berakhir dengan akhir yang sama. Sampai suatu ketika, tidak ada lagi makhluk yang berani menantangnya karena ketakutan. Saat itu aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti bisa. Dan aku pun maju ke atas ring menantangnya. Kulihat ke arah kakek kucing, dia sepertinya terkejut ketika melihatku tiba-tiba sudah berada di atas ring. 

Sebelum gong dibunyikan, anjing gila itu sudah menyerangku yang belum siap sedia. Dia menancapkan kukunya yang tajam menembus jantungku. Aku terjatuh di atas ring, hilang sudah nyawaku yang ke 7. Kamu pasti bertanya kenapa 7? Bukannya hanya 3?. Ya. Memang yang ketujuh, bukan salah “Admin” kok. Aku membohongi adikku. sebenarnya aku telah kehilangan 4 nyawaku ketika masih kecil. Saat itu, ibu tiriku yang baru dinikahi ayahku cemburu kepada ibu kandungku, dia tidak berani melawan ibuku, jadinya dia malah mengincarku yang saat itu masih kecil dan tidak pandai bertarung. Dia menusukkan kukunya menembusi kepalaku sampai 4 kali. Ketika dia hendak melanjutkan tusukan ke-5 nya, ibu kandungku tiba-tiba datang dan menghentikannya. Sejak saat itu jugalah dia diceraikan oleh ayahku, dan ayahku mengusirnya dari wilayah kami, dan dia jadi dendam kepada ayahku.

Setelah beregenarasi, aku bangkit kembali. Anjing itu tampak terkejut dan kupakai kesempatan itu untuk melancarkan beberapa seranganku kepadanya. Aku sempat melukai salah satu matanya, akan tetapi dia begitu kuat, gerakannya juga lincah. Dia berhasil menangkapku dan kemudian dia menusuk jantungku sekali lagi. Itulah kematian ke-8 ku. Aku tak tahu apakah anjing gila ini tahu akan kelemahanku atau tidak, tapi setelah kematian ke-8 ku itu. dia lalu menggigit tangan kiriku hingga putus, kemudian dia menggigit kedua kakiku secara bersamaan hingga putus. Hanya bersisa tangan kananku saja. Aku sekarat, dia tidak segera mengakhiri hidupku, tapi dia malah membantingku dekat dengan anggota tubuhku yang digigitnya putus itu. Dia merasa menang, dan tindakannya itu seakan mengejekku. Namun tak di sangkanya bahwa tindakan yang dilakukannya itu malah merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Aku sempat bergeletak tak bernyawa di atas Ring, berkali-kali aku mencoba untuk sadar sesegera mungkin, namun kemampuan tubuhku untuk beregenerasi tidak begitu cepat. Ketika kukira aku akan dibunuh untuk ke-9 kalinya. Tiba-tiba bayangan adikku terlintas lagi di pikiranku. Aku pun berpikir, ”Apa yang kulakukan? Musuh berada di depan muka dan aku hanya tertidur di atas Ring?. Apa yang akan kukatakan kepada adikku kalau aku mati sia-sia begini?”. Secara tiba-tiba kemampuan regenerasi tubuhku meningkat. Aku segera dapat bergerak dan kuraih tanganku yang sudah putus itu. dan begitu dia maju untuk mengakhiri hidupku, aku duluan menancapkan kuku-ku ke jantungnya. Karena dengan memegang tangan yang putus itu, jangkauan ku jadi lebih jauh. Seketika itu pun dia jatuh dan mati.

Seperti yang dijanjikan, aku diberikan satu keinginan. Tanpa segan lagi, aku meminta sepasang kaki palsu untuk adikku. Ingin aku memberikannya sendiri, tapi kondisiku saat ini tidak lagi memungkinkan. Untuk berdiri saja aku tak mampu, aku jadi mengerti akan perasaan adikku sekarang. Jadi aku memutuskan menyuruh kakek kucing untuk memberikan kaki palsu itu untuk adikku, kukatakan padanya agar jangan memberi tahu kondisiku saat ini kepada adikku, lalu kuselipkan sebuah surat yang kutulis dengan tangan kananku yang tersisa ini. Dan aku memutuskan untuk menetap di kota.

Beberapa hari kemudian kakek kucing itu kembali ke desa, dia pun memberikan sepasang kaki palsu itu kepada adik tercinta dari wanita kucing itu. Sang adik sangat senang ketika menerima kaki palsu itu, tapi dia kembali sedih karena tidak melihat kakaknya kembali bersama dengan kakek kucing tersebut. Lalu dia melihat ada sebuah surat yang terselip di kaki palsu barunya itu. Dia membuka surat itu dan membacanya.

“Aku mendapatkan kaki palsu untukmu, namun aku tidak akan balik lagi ke tempatmu, karena aku muak dengan kondisimu yang terlalu merepotkanku. Kurasa meskipun mendapatkan kaki palsu itu, kamu tetap tidak akan mampu bertahan hidup karena kamu terlalu manja. Berdirilah dengan kaki itu dan jalani hidupmu sendiri, selamat tinggal adikku yang bodoh”.

Adik perempuan kucing itu menangis ketika membacanya, kucing yang menjaganya ketika melihat surat itu pun berkata,”Aku sudah tahu sifat wanita kucing itu. suatu saat dia pasti akan meninggalkanmu. Tapi kamu sudah mendapatkan kaki palsu itu, sekarang kamu sudah tidak membutuhkan kakakmu lagi”. Sang adik tidak menyalahkan kakaknya karena meninggalkannya, namun kepergian kakaknya itu malah menjadikannya seekor kucing yang tegar. 

Namun sebenarnya isi hatiku ketika membuat surat itu berkata……..

“Akhirnya aku mendapatkan kaki palsumu, sebenarnya aku ingin kembali menemuimu dan memberikan kaki palsu itu dengan tanganku sendiri, namun aku takut aku akan merepotkanmu dengan kondisiku saat ini. Kuharap dengan mendapatkan kaki palsu ini, kamu bisa mandiri dan dapat bertahan hidup meski tanpaku. Perjuanganmu akan berat, namun aku yakin kamu pasti bisa. Berjuanglah adikku yang manis”

 Beberapa tahun kemudian, aku melihat segerombolan kucing datang dari arah gerbang kota. Kucing-kucing itu dipimpin oleh seekor kucing yang kelihatan sangat berwibawa, kukira kucing itu adalah keturunan bangsawan, namun ketika aku melihat dia menggunakan kaki palsu, aku segera sadar bahwa perjuanganku telah berakhir. Akhirnya aku melihat dia berdiri dengan kakinya sendiri, dan aku pun mengakhiri kisah hidupku ini.

The-End


Tak kusangka aku bisa mengarang kisah seperti ini, hahaha.. terimakasih kepada kawan yang menginspirasiku untuk menulis cerita ini. Kuyakin dia pasti akan menangis ketika membaca cerita ini. Begitu juga kalian. 

Semoga kisah ini bukan sekedar membawa tangis pada kalian, tapi juga dapat memotivasi kalian semua. 
Bagi yang mau mensharing cerita berlabel "karangan sendiri", harap meminta izin dari admin yang bersangkutan terlebih dahulu. Terima kasih.

Salam Admin,
=.=a  

Categories:

2 comments:

  1. Mantap ceritanya bro... Terharu bacanya.. Ane pikir kakaknya bakal mati di arena... Maknyoss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sep la.. makasih sudah baca.. baca cerita lainnya juga ya brodo.. =u=a

      Delete